Friday, November 1, 2013

BIAR ALLAH MENOLONG DENGAN CARANYA

BIAR ALLAH MENOLONG DENGAN CARANYA

Ramadhan 1434 H, dalam sebuah perjalanan sepulang dari kantor. Di tengah perjalanan, saya dikejutkan dengan lambaian tangan seorang wanita yang tengah berjalan kaki sambil menggendong seorang anak laki-laki. sedikit mendadak, laju motor  berhasil saya hentikan sekitar sepuluh meter melewati perempuan itu. dengan agak tergopoh dia berlari kecil mendekati saya. "Bu, numpang sampai pom bensin depan bisa?". Sambil terengah wanita itu menyampaikan maksudnya. Tanpa pikir panjang, saya segera mengangguk setuju.

Wanita tersebut naik motor saya. Motor saya lajukan pelan karena kondisi jalan padat merayap. Beberapa waktu kami tenggelam dalam kebisuan. "Kalau ibu tidak melewati pom bensin depan, tidak apa saya diturunkan. Nanti saya jalan lagi saja," dengan logat Jawa yang kental, perempuan tadi berusaha memecah kesunyian di tengah hiruk pikuk kendaraan. Saya pun menimpali dengan mengatakan bahwa saya melewati pom bensin depan.

Pembicaraan pun berlanjut. Dia menanyakan dari mana saya berasal, sedang menuju ke mana dan lain sebagainya. Kami terlibat dalam perbincangan sederhana yang datar-datar saja awalnya. Ketika tiba giliran saya bertanya tentang dia, tiba-tiba dia kembali membisu sebelum akhirnya bercerita tentanh dirinya.

Wanita yang tidak sempat saya kenal namanya tersebut berasal dari Bojonegoro. Dia ke Surabaya untuk menemui suaminya. Setahun yang lalu, wanita tersebut meninggalkan suaminya yang tengah bekerja di Surabaya karena harus melahirkan anak mereka di kampung. Besarnya biaya hidup di kota besar, membuat keputusan berat terambil. Dia bertugas membesarkan anak di desa sementara suami berjibaku dengan pekerjaan demi menafkahi keluarga.

Namun, sejak kelahiran putra pertama mereka, sang suami hanya pulang sekali menengok keadaan si kecil. Belakangan suaminya sudah tidak bisa dihubungi sama sekali. Telepon pun tidak aktif. Sang istri khawatir terjadi sesuatu dengan suaminya. Dengan terpakasa, si kecil yang belum genap berusia setahun, diajak ke Surabaya menemui ayahnya.

Betapa kaget bukan kepalang, ketika sampai di kos yang dulu mereka tempati berdua, sang suami sudah tidak di tempat. Berdasarkan keterangan ibu kos dan tetangga sebelah, suaminya sudah pindah beberapa bulan lalu, dengan istri barunya. Serasa disambar petir, wanita tersebut lemas dan hanya bisa menangis. Bahkan saya yang mendengar ceritanya masih bisa merasakan kesedihan yang tertahan di balik suaranya yang terbata-bata.

Wanita itu juga menuturkan, dia menuju area pom bensin itu untuk mencari tetangga kampungnya yang tinggal disana. Sepertinya hendak meminjam uang untuk pulang kampung. Dari situlah saya tau, bahwa dia nekat mencari tumpangan karena bekal sudah habis. Sempat saya suudzon, apakan ini modus penipuan seperti yang sering terjadi. Mengaku kehabisan bekal dan minta sejumlah uang.

Mengingat ini Ramadhan, saya berniat memberinya beberapa rupiah untuk ongkos pulang. Dalam hati saya berkata, kalaupun dia berbohong, tak apalah. Toh saya tak akan mau di posisi dia walaupun dapat dengan mudah meminta belas kasih orang dengan menipu.

Sesampai di tempat yang dimaksud, wanita ini langsung turun dan mengucapkan terima kasih. Dengan segera saya mengeluarkan sejumlah uang. Tidak disangka rona wajah yang tadi saya lihat tersenyum sambil terima kasih, mendadak memerah dan berlingang. Dengan terbata dia mengatakan, "tidak bu, saya tidak meminta-minta." Ketika saya coba memaksa menerima uang itu, dia malah berlari menerobos laju kendaraan di jalan raya untuk menyeberang.

Hati saya langsung teriris. Astagfirullah, saya sudah berburuk sangka kepadanya. Tiba-tiba terngiang di telinga saya, sepenggal ceritnya yang tadi sempat saya abaikan karena sibuk dengan prasangka. "Semoga saja. tetangga saya ketemu. Kala tidak biarlah Allah menolaong saya dengan caraNya. Kalau memang harus jalan kaki pulang, ya saya jalan, Bu".

Bayang-bayang wajah berlinangnya, dan wajah putranya yang melihat saya saat sang ibu berlari menjahui saya, seolah tak bisa hilang dari kepala ini.

Subhanallah, sepanjang sisa perjalanan saya hanya bisa beristighfar menyesali prasangka kotor tadi. Dan saya juga hanya bisa berdoa semoga Allah SWT memberi kekuatan dan jalan keluar terbaik bagi wanita tersebut.

Saudaraku, sebagai manusia yang lemah, kerap kita menghadapi kesulitan hidup. Entah itu kesulitan ekonomi, sakit atau masalah keluarga. Tidak sedikit yang menyerah di tengah jalan dan berbelok ke arah yang tidak dibenarkan agama. Ada yang melampiaskan dalam balutan kemaksiatan ketika kesempitan melanda. Ada pula yang mundul teratur dari medan juangnya, ketika sunattullah kesulitan itu datang. Benar bahwa kita adalah makhlukNya yang lemah. Tapi ketika kelemahan itu disandarkan hanya kepada Yang Maha Kuat, maka kitapun akan menjadi pribadi yang kuat.

Tanpa sadar, sang ibu pembonceng tadi sedang mengajarkan kepada saya dan Anda bahwa sungguh kita masih punya Allah SWT untuk bermohon. Kata-kat beliau "Biarlah Allah yang menolong saya dengan caraNya", adalah pelajaran Tauhid yang luar biasa bagi kita semua.

Tentang bergantung hanya kepada Allah SWT. Bahwa kasih sayang Allah lebih berharga dari apapun. Tutur beliau menjadi begitu menghujam di hati kita, lantaran disampaikan oleh orang yang sedang mengalami episode nadir dalam hidupnya. Yang berangkali bila kita mengalami, mungkin saja hati dan lisan kita lebih banyak meratap dan berputus asa dibanding menyerahkan pertolongan dari Allah semata.

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di samping. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.
Judul: BIAR ALLAH MENOLONG DENGAN CARANYA; Ditulis oleh Unknown; Rating Blog: 5 dari 5

No comments:

Post a Comment

Template oleh Blog SEO Ricky - Support eva fashion store