Lesson from Thanksgiving
seorang motivator pernah bercerita dulu dia hidup di tengah keluarga yang tidak mampu di amerika, ketika tiba hari thanksgiving day dimana biasanyan setiapkeluarga akan makan bersama dan menu wajib yang dihadirkan adalah ayam kalkun, namun karena keluarganya yang tidak mampu keluarganya pun meniadakan thanksgiving day tersebut, namun tiba tiba ada kiriman kalkun untuk keluarganya tanpa mengetahui siapa yang mengirimnya, sejak saat itu ia berjanji jika sukses kelak, ia akan mengirimkan ayam kalkun ke keluarga yang kurang mampu tanpa mencamtumkan namanya, keajaiban dari sebuah kebaikan terus menyebar setiap merayakan thanksgiving day.
Banyak sekali pemimpin berusaha menggerakkan orang lain dengan tekanan, intimidasi, dengan hukuman, dan bahkan rasa sakit. memang tampaknya efektif, namun itu hanyalah sementara. setiap manusia memiliki limit dan daya tahan terhadap tekanan, ketika limit itu sudah berada pada batasnya mereka akan kehilangan motivasi dan bebalik melawan anda. seperti yang sudah kita bahas di bagian sebelumnya daripada sibuk menggerakkan orang dengan intimidasi, hukuman, tekanan dan rasa sakit, lebih baik melakukan sesuatu untuk kebaikan bawahan anda.
saya teringat ucapan John Maxwell , jika menginginkan tangan anak buah anda, anda harus bisa mendapatkan hati mereka dulu. Salah satu cara untuk meraih hati mereka adalah dengan kebaikan, Prinsip dan kedisiplinan memang tetap harus dijaga, Hukuman tetap harus diberikan bagi mereka yang melanggar peraturan. Namun, sebagai pemimpin anda harus bertanggung jawab menjadi payung bagi mereka. Payung yang melindungi mereka dari hujan dan panas, itulah mengapa sebabnya seorang pemimpin dituntut lebih tangguh dari yang dipimpin, Jika anak buah anda tidak pernah melihat anda sebagai payung mereka dan kebaikan hati anda yang tulus tidak pernah menyentuh mereka anda akan membutuhkan usaha 2-3 kali lebih keras untuk menggerakkan mereka. Kapankah terakhir kali anak buah anda melihat anda sebagai "payung" yang baik?
No comments:
Post a Comment